woman empowerment

Persatuan Indonesia dan Minyak Dunia

Bolehlah kiranya ini dikarenakan dampak kenaikan BBM.Saya adalah salah satu warga Negara Indonesia yang mendukung kenaikan BBM. Ini alasan saya kenapa mendukung kenaikan ini. Alasannya sih cukup dangkal teman-teman. Selain karena cadangan bahan bakar ex. fosil ini sedikit lagi. Menurut saya orang Indonesia Kaya-kaya lhoo… contohnya saja di wilayah saya, sulit mencari warga miskin. Indikator kecilnya seperti ini, mereka masih mampu beli rokok, dan harga rokok pasti mahal laaaaah, menurut saya yang gak mampu beli rokok tiap minggu, apalagi tiap hari. Hebatnya lagi dengan rumah cuman petak-petak, kendaraan roda dua bukan hal yang aneh. Mau ke warung yang jaraknya kurang dari 50 M juga pakai motor, bertandang beda RW juga pakai motor. Gak mungkin kan Motor itu diisi sekam, pasti pakai BBM kan. Ah, pokoknya kalau jalan kaki tuh, kesannya pencitraan banget lah.

Terus menurut si saya lagi nih, kenapa subsidi di BBM sudah harus dikurangi karena lebih baik dialihkan kepada yang benar-benar membutuhkan agar subsidi tepat sasaran. Karena selama ini subsidi BBM menyubsidi untuk golongan yang mampu, sedangkan yang miskin tetap saja. (Dialihkan ke sektor pendidikan, kesehatan, pembangunan infrastruktrur dan lain-lain).  Nanti pendidikan gratis, benar-benar gratis. Berobat gratis. Naik kendaraan umum seperti, bis, kereta api, itu gratis. Hehehehehe…

Tapi uppppssssssss…. Kemiskinan itu relatif dan sensitif, jadi tidak usah dibahas ya…. Nanti banyak yang tersinggung. Bisa saja sekarang mengaku kaya, untuk diakui. Tapi nanti mencuri (dibaca: korupsi) atau mengemis-ngemis minta suap (eh, kalau mengemis itu kategori miskin bukan ya?) ya, sudahlah…..

Dulu kala semenjak saya diberi wewenang memilih presiden, cuman tahu kalau sudah memilih, hitung suara dan pemenangnya adalah yang mendapat suara terbanyak .  Itu saja rasanya sudah sah jadi presiden. Eh, ternyata dari pilpres kemarin kita dikasih tahu tahapan pemilu, mekanismenya tidak semudah itu. Ada beberapa tahapan, termasuk menunggu keputusan MK (dan ternyata tampang hakim MK itu ganteng juga, dikirain wajah hakim tuh serem-serem gimanaaaa gitu :D). Setelah dilantik mau bikin kabinet ternyata mesti begitu lagi, ribut lagi.  Saya pribadi menganggapnya sedang transparasi proses , agar warga negara ini sabar dan tahu kalau kerja di pemerintahan itu gak gampang. Harus banyak mulut eh, salah banyak saran pikiran dan pendapat. Tapi anyway, proses diatas tetap tidak menurunkan rating Ganteng-ganteng Srigala dan Mahabarata, meskipun drama para politik menyita ruang tontonan.

Mungkin di layar kaca tapi tidak di medsos.

Perang Opini dan saling tuduh masih banyak berseliweran. Rese juga kadang baca Medsos, terus teman kita menjelek-jelekan sambil mengutip ayat-ayat suci. Karena masuk dihalaman-halaman ruang medsos saya, saya sih hanya ikut baca-baca saja dan menyimak. Misalnya pada saat RUU Pilkada tidak langsung mencuat, bagi orang-orang yang mendukung Pilkada ini langsung memberi pencerahan merujuk pada Pasal ke-4 Pancasila pada orang-orang yang ingin tetap pilkada itu dilaksanakan secara langsung. Hebat bukan? gara-gara itu semua orang jadi hapal Pancasila. Padahal Pasal ke-4 ini paling panjang.

Balik lagi ke dampak BBM, sekarang saya jadi tahu hak-hak DPR. Saking penasarannya saya melipir ke halaman DPR-RI (silahkan mampir ke http://www.dpr.go.id/id/tentang-dpr/hak-dan-kewajiban). Penasaran karena teman-teman saya begitu menganggungkan tentang hak DPR ini karena dampak BBM. Padahal jujur saja dulu, semasa saya berstatus pelajar, gak pernah bisa dengan serius mempelajari pelajaran Kewarganegaraan, dianggap sebelah mata. Ini bukan saya saja tapi teman-teman saya pun demikian (bukan one man show tapi berjamaah kalau bolos pelajaran ini). Tapi berkat pilpres dan kenaikan BBM banyak perubahan yang signifikan. Teman-teman saya ini sekarang malah mahir benar. Progres yang cukup baik, Mereka tahu hak-hak sebagai anggota DPR (kalau kewajibannya entah yaa…. masih buram). Mereka akan langsung menjatuhkan presiden melanggar hukum, presiden telah melakukan kesalahan, dsb. Begitu pula dengan minyak dunia. Mereka mendadak menjadi pakar ekonom yang memantau pergerakan minyak dunia. Dan subsidi itu adalah bla.. bla.. bla.. wah, kalau ditulis kasihan jempol saya bisa bareuh.

Bagi Saya sendiri yang tidak ikut memantau harga minyak dunia, karena cukuplah memantau harga minyak goreng di berbagai tempat. Mau di pasar, mau di hypermart atau di toko kelontong. Kalau memang naik, ya sudahlah… asal barangnya ada dan duitnya ada. Itu saja. Dan satu lagi, ini sangat penting. Malah maha penting, semoga saja, pergerakan Minyak Dunia tidak ikut memecah belah persatuan di Nusantara.  Jangan sampai ada yang mengatakan bangsa ini pernah dijajah 350 tahun lamanya bukan karena penjajahnya jago-jago amat, tapi karena bangsanya yang mudah diadu dombakan.

Beda motif langsung main gontok-gontokan. Beda Keinginan langsung main serang (serangan baik melalui verbal dan tindakan). Yang paling bikin miris tuh, saling meng-kafirkan. Duuuh, Jangan sampai Yah!

Karena yang belum move on, masih gak suka melihat mantannya berhasil (*eh, ini jadi ngomong apa-an yaaa…)

woman empowerment

Balada Angkoters di Bandung

Saya adalah pengguna angkot alias angkoters di Bandung. Jika ada orang yang bertanya mengapa saya paling hobi naik kendaraan umum (selain angkot seperti bus damri) saya akan menjawab karena saya malas. Bagi saya terlalu cape harus mengendalikan sebuah kendaraan. Berkendraan di Bandung sangat menguras emosi. Harus kuat iman pula.

Banyaknya yang beralih pada kendaran pribadi membuat penurunan pendapatan buat sopir angkot (katanya sih, gak tau juga ya… aslinya).

1415002787678629752
Suasana Angkot pada Hari Sabtu Jam 12.30 WIB

Jumlah penumpang yang sedikit, tidak berdesak-desakan membuat saya kadang-kadang bisa sambil membaca buku.

1415002940662049925

Itu gambarnya muter, saat itu kami hanya bertiga. Sopirnya juga baik, tidak ugal-ugalan dan juga tidak terlalu pelan, jadi bisa sambil baca buku Gelombang – Dee Lestari.

1415003281637332822

Bus Damri di Bandung lumayan sudah harus segera diregenerasi, selain tempat duduknya yang gak nyaman (dikiranya kita liliput sampai ada pemotongan kursi buat kursi 3), juga kalau asap knalpotnya bikin Bandung langsung mendung. Hitam pekat.

Tentunya ada beberapa perbedaan yang saya rasakan naik angkot/angkutan umum sekitar tahun 1990-an dengan sekarang. Paling signifikan adalah masalah keamanan. Dulu saya masih bisa tertidur di dalamnya dan tidak terjadi apa-apa (dengan jarak yang lumayan cukup jauh). Sekarang hal itu tidak bisa dilakukan, untuk jarak dekat sekalipun saya tidak berani walaupun jaraknya masih dalam satu kecamatan. Terlalu ngeri.

Kejahatan bergerombol itu paling banyak ditemukan (pernah sekali menemukan dan langsung memutuskan turun begitu mereka masuk). Sering juga anak-anak jalananan yang tiba-tiba masuk. Mengamen dengan lagu-lagu menyindir pemerintahan yang mereka sendiri tidak mengerti. Lalu menggerutu jika tidak dikasih. Sebetulnya mereka enak menurut saya, mereka tidak merasakan penderitaan kami, kaum pekerja dibawah boss yang lebih sadis. Itu lah kehidupan sebenarnya 😦 (ah, jadi curhat yaa…).

Ini beberapa kebiasaan yang bisa saya bagikan selama jadi Angkoters (riset yang terjadi akibat menjadi angkoters sejati) :

Penumpang

Ada beberapa tipe penumpang.

1. Duduk miring, makan ruang dan tidak mau bergeser. Tipe duduk miring seperti putri ini biasanya pelaku utamanya noni-noni cantik dengan range usia dari (anak SMP yang keburu kenal asmara sampai Mamah muda yang harus menjaga penampilan). Tapi ada juga sih Mamah usia lanjut walaupun jumlahnya tidak begitu banyak. Ada dua kemungkinan, pertama jarang sekali mamah lanjut naek angkot. Kedua kalau pun ada mereka biasanya bergerombol (pergi-pulang pengajian) jadi langsung tertib. Mind set nya mungkin harus seperti ini, kita berada dalam angkot bukan di gedung DPR jadi kalau menggeser sedikit kursi, kekuasaan kita gak akan berkurang koq, percayalah.

2. Penumpang yang naik turun sembarangan. Selain tepat di depan Marka (Seperti Letter S, dll) Sering kali ada yang ingin berhenti di perempatan, pas lampu hijau menyala. Ini sebetulnya no comment. Mungkin harus disarankan untuk belajar membaca kembali

3. Turun angkot di tempat nanggung terus mencari-cari uang dulu di semua saku baju dan tas. Bisa membuat kemacetan. Pelakunya biasanya  noni-noni yang  duduk ala putri juga akang-akang yang berponi miring dengan celana melorot. Walaupun tidak menutup kemungkinan ada juga yang berpenampilan biasa tetapi terlalu serius dengan gadget (padahal cuman ngasih makan ayam, nyabutin rumput, barter baud dan mur) tetapi berdampak serius. Sialnya lagi mereka tidak punya uang pecahan kecil… jadi supir harus memberi kembalian. Jadi lumayan buat kendaraan diantrian belakangnya harus sabar.

4. Merokok , untuk beberapa tahun terakhir, masalah rokok cukup tertib. Biasanya (kaum laki-laki) yang merokok akan langsung mematikan rokoknya ketika ada orang yang langsung menutup hidung. Walaupun masih ada yang keukeuh, jumlahnya sedikit (semoga cepat insyaf saja).

5. Sampah, urusan membuang sampah  paling banyak di dominasi kaum wanita, biasanya setelah nyemil-nyemil cantik dilanjutkan dengan menyempil-nyempil sampah di bawah jok atau di setiap sela yang mereka temukan. Saudari-saudari harap diingat, ini angkot bukan Tempat Sampah. Baiknya disimpan dulu dan dibuang di tempat sampah terdekat yang bisa ditemukan.

Itu tadi dilihat dari penumpangnya, jika ada yang ingin menambahkan silahkan.

Sekarang dari sisi pengemudinya (tentunya dilihat dari kacamata angkoters juga)

Pengemudi alias sopir Angkot

1. MENGETEM. Waktu adalah uang (kata penumpang) salah satu alasan karena boros waktu orang beralih memakai kendaraan pribadi, karena jarak yang dekat pun jadi lama karena kebiasaan ini. Yang lebih menggelikan saya pernah numpang angkot, pengemudinya tiba-tiba berhenti dibawah pohon rindang dan dia menelepon pacarnya.

2. Merokok, jika penumpang bisa tertib, mereka belum.

3. Ugal-ugalan, ini sangat menakutkan.

4. Dibawah pengaruh ‘sesuatu’. Beberapa kali tindakan ugal-ugalan karena pengemudi dibawah pengaruh sesuatu. Karena terburu-buru saya pernah naik angkot tanpa memperhatikan pengemudinya, ternyata dia bawah ‘sesuatu’, penumpang sudah panik. Ketika dia berhenti mendadak dibelakang mobil yang sedang parkir lalu dia teriak (Wooooiiii… maju wooooii, macet) kami semua langsung turun.

5. Kalau penumpang menyempil-nyempil sampah, kalau pengemudi langsung membuangnya ke jalan. Bagi mereka Jalan adalah Tempat sampah yang tak berbatas.

6. Membawa angkot lebih pelan dari bus pariwisata, lalu berhenti ngetem di depan gang. Ini lah Gang Ijan, atau Inilah gang disisi jalan Inhoftank. Lalu bercengkrama dengan pedagang gorengan. Hanya satu kata “Haddddeeeuuuuh!!!”

7. Paling Heboh kalau BBM naik, serasa yang paling kena dampak. Padahal ya, bapak-bapak sopir beserta pengurus organda. BBM naik, gaji kita belum tentu naik lhoo…. jadi jangan langsung sewot gitu.

Urusan pengemudi saya sempat kepikiran dan ingin mengusulkan pakai outsourching saja yang sudah terdidik, terlatih dsb. Tapi mesti dipikirkan lagi juga ya…

Kedepannya, tentunya ingin ada perbaikan dalam urusan transportasi ini. Banyak faktor tentunya (selain karena saya angkoters sejati). Tentang isu  soal cadangan bahan bakar dari fosil juga semakin menipis, untuk mengurangi emisi karbon. Banyak lah kalau mau dicari-cari alasan.

Sekian dulu laporan dari Bandung dan angkotnya. Nanti dilanjut kembali…