buku · woman empowerment

Numbuk di Sué: Novel Travelling Urang Sunda

Mumpung dalam suasana liburan, mau cerita sedikit tentang sebuah novel klasik Sunda yang bercerita tentang travelling.

It’s very surprising, ternyata tradisi mengisi liburan dengan bepergian, sebetulnya bukan milik generasi millennial saja. Jauh sebelum instagram merajalele, tradisi travelling untuk mengisi liburan sudah dilakukan.

Sebuah bacaan yang saya temukan ketika berselancar mencari buku dalam bahasa ibu, basa Sunda. Seperti sebelumnya buku novel-novel klasik Sunda saya peroleh dari penerbit Kiblat Buku Utama. Ada fans page-nya di Facebook dengan nama yang sama.

Novel Sunda

Numbuk di Sué karya Moh. Ambri. Novel berbahasa Sunda yang bercerita tentang travelling dalam rangka mengisi liburan sekolah. Diterbitkan pertama kali oleh penerbit Balai Pustaka, Jakarta. Tahun 1939.

Arti dari Numbuk di sué kurang lebih ketiban sial.

Dalam novel ini dikisahkan seorang paman yang menceritakan pengalamannya travelling ke pantai Cilauteureun kepada keponakannya pada saat liburan samén.

Samén adalah istilah yang digunakan untuk menyebut pesta pembagian rapot kenaikan kelas.

Pada Liburan samén, paman dan teman-temannya merencanakan untuk pergi ke pantai. Pantai yang dituju termasuk dalam wilayah pantai selatan yang mempunyai ombak besar.

Paman orang Bandung, sangat penasaran dengan cerita temannya yang pernah ke pantai untuk melihat lambak (ombak). Sayangnya, kesialan bertubi-tubi datang menghampiri. Dan hampir saja paman dan teman-teman membatalkan rencana kepergian ke pantai. Mungkin karena itu novel ini diberi judul Numbuk di sué.

Di halaman 10 dan 11, diceritakan paman melakukan perjalanan dengan menggunakan kereta api lokomotif mesin tenaga uap.

“ ….. komo di Cibatu ka Garut mah sok maké aya kajadian mogok sagala karéta api téh. Hawuna gegebos oge bari juas-jéos, hih, mugen.”

Kereta yang membawa paman sering kali mengalami mogok. Bukan karena diserang Dementor. Di halaman ini, dalam benak saya terlintas Paman itu seperti Harry Potter dan kawan-kawan. Menaiki kereta melintasi gunung, pesawahan dan jembatan dengan kaki-kaki melengkung.

Kereta Api

Dalam perjalanan ke Garut, Paman mampir dulu ke Leles untuk bertemu kerabatnya. Karena Paman itu limpeuran (kurang lebih terjemahan bebasnya teledor) perlengkapan untuk travelling tertinggal di kereta. Paman menyiapkan ‘ransel’ seperti backpacker di youtube. Memberikan tutorial praktis. Menggulung dan membuat perbekalannya menjadi ringkas.

Atas bantuan kepala stasiun kereta api, perbekalan paman dapat kembali. Lalu paman melanjutkan perjalanan ke Cibatu.

Kesialan yang menyertai perjalanan mereka ternyata membuat travelling Paman semakin berkesan. Perjalanan panjang yang ditempuh berhari-hari itu terbayar lunas dengan kepuasan yang tiada tara ketika Paman dan teman-temannya berhasil menyaksikan kejar-kejaran ombak laut kidul.

Salah satu yang paling mengesankan adalah ketika mereka harus membantu perburuan badak yang mengganggu pemukiman penduduk. Pemburu ahli pun diturunkan. Ukuran badak sempat membuat simpang siur, membuat masyarakat gempar. Jika pada saat itu sudah ditemukan whatsapp, entah berapa banyak berita bohong yang akan tersebar di WAG. Untungnya belum ada sehingga perburuan badak yang dramatis itu berakhir sesuai dengan apa yang diinginkan.Novel Sunda

Paman yang gemar bermain sepak bola ini menceritakan dengan detail bagaimana cara mencapai Cilauteureun pada saat itu. Ketika dunia belum ditemukan tongsis, belum ada whatsapp untuk mengorganisir kegiatan, belum ada media sosial untuk pamer dan belum ada jalan tol untuk mempermudah perjalanan.

Cerita Paman ini tidak hanya mencuri perhatian keponakannya, tetapi sekaligus menginspirasi untuk melakukan perjalanan yang sama. Begitu juga pada pembacanya.

Tahun ini saya sedikit napak tilas menyusuri pantai selatan Jawa Barat. Apa yang diceritakan Paman itu benar adanya. Indah sekali. Jalan lintas selatan juga sudah bagus.

Oh ya sekarang PT KAI sudah membuka rute perjalanan Bandung – Tasikmalaya menggunakan KA Galunggung. Dari tanggal 26 Desember 2018 – 25 Januari 2019 GRATIS.  Bagi yang akan berlibur atau mudik ke luar Nagrek, rute ini boleh juga. Untuk menghindari titik-titik kemacetan. Pasti seru pulang mudik naik kereta. Ada beberapa pos pemberhentian, salah satunya Leles dan Cibatu. Dua tempat yang jadi perhentian Paman. Konon Katanya Aktor legendaries Charlie Chaplin pernah berlibur di Cibatu – Garut.

PT KAI TASIK BANDUNG

Oke teman-teman sekian cerita tentang novel klasik travelling Sunda yang terdiri dari 9 bab, 74 halaman.

Selamat menikmati liburan, selamat menikmati waktu bersama  keluarga.

Judul buku: Numbuk di Sué

Pengarang: Moh. Ambri

Penerbit: PT Kiblat Buku Utama, 2012 (cetakan pertama Balai Pustaka 1939)

ISBN: 978-979-8002-01-4

44 tanggapan untuk “Numbuk di Sué: Novel Travelling Urang Sunda

  1. Ternyata seru juga yaa baca novel klasik travelling gini, btw Cibatu itu lemburnya papa aku haha jadi makin penasaran pengen baca sendiri novelnya. tapi itu udh lama banget yaa terbitannya, pasti susah dicari 😦

  2. Waduh, waas pisan eta baca novel sunda. Saya terakhir baca itu jama SMP. Beuh, meni sono. Teteh beli? Di mana nya beli novel sunda? Dulu mah, jaman teteh masih sakola di ikip, sering bawa novel sunda. Aku suka. Soalna balodor pisan. Dan kayaknya, novel ini seru. Dan aduuuh, eta Moh. Ambri pengarangnya. Saya pernah ikut cerdas cermat sunda dan baca2 tentang beliau. :)))

  3. Aduh gusti saya inget waktu SMP dimarahin guru bahasa sunda. Karna jujur sampe sekarang saya ga terlalu bisa bahasa sunda. Paling bisa juga yang bahasa alakadarnya.. apalagi waktu itu disuruh bawain pupuh pake kecapi wkwkwk

  4. Duh aku udah jarang baca buku apalagi novel berbahasa Sunda. Kayanya aku harus mulai giat nyari bacaan berbahasa sunda nih, sekalian melestarikan bahasa ibu.

    Wah Alhamdulillah ada kereta ke Tasik.. Aku juga rencananya mau kekeretaan bareng keluarga ke Malangbong, kebetulan ayah saya asli orang sana.

  5. Eh geningan ada novel bahasa sunda, trus kyknya ceritanya asik yah teh.. asa pgn baca, meskipun saeutik saeutik ngertina haha

Tinggalkan komentar