woman empowerment

Payung Uang

Semua akan indah kalau ada duitnya ~ Safir Senduk, pakar perencana Keuangan

Membicarakan tentang uang adalah membicarakan hal yang sensitif. Apalagi akhir-akhir ini, definisi miskin dan kaya  menjadi bias. Banyak orang kaya tetapi menggunakan barang-barang yang diperuntukan bagi orang miskin. Misalnya, menggunakan bensin bersubsidi. Berobat dengan kartu miskin, memasukan anak ke sekolah menggunakan surat keterangan miskin.

Tak sedikit pula yang berpenghasilan pas-pasan mengaku (berlagak) kaya. Mengambil jatah uang pendidikan anaknya dipergunakan untuk membeli perhiasan, ada juga yang digunakan foya-foya. Memaksakan diri demi diterima dan dibilang wah dalam pergaulan.

Lantas apa itu dengan kaya dan kekayaan?

Siapa sih yang lebih kaya:  karyawan, pengusaha dan profesional?

Lanjutkan membaca “Payung Uang”

Familie

Ilmu yang Disalahgunakan

Tidak sedikit ilmuwan yang menyesali penemuannya. Seyogyanya membantu malah menjadi bencana. Seperti penemuan dinamit oleh Alfred Nobel atau penemuan LSD, obat untuk syaraf yang akhirnya diselewengkan juga. Mungkin masih ingat peristiwa beberapa bulan lalu, kecelakaan yang merengut korban jiwa karena pengemudinya dalam pengaruh LSD. Obat yang bentuknya mirip perangko. Dijilat gak perlu dicelupin. Sedikit cerita tentang LSD bisa diintip ke sini  kalau enggak di sini .

Ah, jangankan penemuan, ilmu pengetahuan saja sering kali diselewengkan.

Contohnya ya Si Sayah inilah. Mentang-mentang tahu kalau bumi dan kawan-kawan mengitari Matahari dengan lintasan elips, saya suka bikin itung-itungan.

Hitungannya begini, kalau puasa sunnah saya sengaja mencari waktu ketika bumi berada pada posisi paling dekat dengan Matahari. Sebisa mungkin hutang-hutang puasa saya sudah lunas sebelum bumi berada pada posisi jauh dari Matahari. Itulah mengapa kita perlu belajar sains.

Lintasan Planet
Lintasan Planet

Maksud hitungannya sangat sederhana, jika posisi bumi berada jauh dengan Matahari maka waktu puasa kita akan lebih lama. Misalnya Subuh dari setengah empat pagi, magrib jam setengah tujuh. Jadi waktu puasanya akan lama. Kalau pas berada dekat dengan Matahari, subuh jam setengah lima, magribnya jam setengah enam.  Halaaah…. pemahaman saya tentu saja salah.

Ada lagi, mentang-mentang Pak Ustadz menceritakan jika Sholat berjamaah itu sekian derajat pahalanya, kalau puasa Sunat Idul Fitri (puasa syawal) sekian pahalanya, terus puasa Idul Adha seperti puasa dua tahun lamanya.  Langsung deh, otaknya muter. Ngitung lagi…

Bagi saya seorang penggila sains, dari awal saya belajar saya tidak pernah ada maksud untuk memilah-milah antara sains dengan kepercayaan yang saya anut. Tak perlu mengkotak-kotakannya. Jadi tak perlu lah bertempur gara-gara hal ini (eh, memang ada yang bertempur gara-gara beginian? gak ada kan yaaa…).

Baiklah, tulisan ini semacam pengakuan dosa. Jangan diikuti. Sudah barang tentu dengan menulisnya si Sayah ini harus lebih banyak lagi membaca dan belajar.