Hari Kamis di Bandung kali ini disponsori #kamisenglish dan Festival TIK-2015 yang berlangsung di Sabuga.
Menghadiri festival TIK semacam uji nyali bagi saya sebagai pribadi yang gaptek. Da aku mah apah atuuh, orang lain bawa apple aku mah bawa cau dan jambu. Begitu saya bilang sama teman saya yang senasib. Senasib gapteknya.
Dengan segenap kekuatan bumi, tepat jam sembilan saya datang ke tkp. Petugas sedang heboh mengatur (menyingkirkan orang-orang, termasuk saya. Tepatnya) karena pak menteri tiba untuk membuka festival.
Karena panitia sibuk menyambut mereka dan lupa menyambut saya 😀 (ma’afkeuun). Saya melipir-lipir dulu. Melihat suasana di sana. Banyak booth yang bisa diinvestigasi. Lumayan buat nambah info dan upgrade biar tidak jadi gaptek stadium akut.
Sebelah kiri sebelum pintu masuk, ada booth yang wajib di-explore dan di-kepoin. Booth Qwords.com yang ramai dikunjungi.
Pada tahukan Qwords.com? Pasti sudah tahu deh, bagi yang belum sook mangga datang FestTiK di Sabuga. Gak rugi malah bisa untung.
Memasuki aula, suasana jadi remang-remang. Sedikit takut dan sempat bertanya pada sesama peserta, mengapa harus remang-remang? Mungkin agar tampilan di layar biar jelas. Jawab teman saya. Menurut saya tidak perlu seperti itu juga. Karena penari apalagi paduan suara pakai warna gelap jadi tidak terlihat dan tidak bisa dinikmati.
Eitss, tapi tujuannya kan bukan nonton pentas seni. Ini festival TIK. Teman saya langsung protes. Ma’af saya gagal fokus kembali.
Yang jelas dalam keremangan saya sulit mengambil gambar. Apalagi ketika saya sudah mengatur pencahayaan sedemikian rupa (rupanya smartphone ini tetap saja tidak smart) tiba-tiba ada orang bule yang menjulurkan tangannya dan mengambil gambar, menghalangi smartphone saya. Bapak bule itu berasal dari Belgia. Selain tangan yang menghalangi dan jenis smartphone-nya yang ajaib, membuat saya langsung tidak pede dan menyembunyikannya ke tas.
Untung saja para Relawan TIK yang mulia hatinya mau memberikan foto-fotonya. Kecuali foto di luar ruangan (booth Qwords.com itu milik pribadi) yang indoor punya relawan TIK yang baik hati.
Pada materi pertama tentang smart society, bapak prof. Masahi Umejima dari Japanese Smart Community Alliance, turut ambil bagian. Dalam videonya beliau memaparkan bagaimana smart society itu. Videonya dalam bahasa Inggris, di sana ada sebuah kota yang sudah ditata dari sebelumnya kota tidak tertata. Lebih hijau. Kebutuhan energi tanpa harus merusak alam. Menurut saya itu materi yang baik sekali. Mari jadi manusia pintar ramah lingkungan. Jangan cuma gadget dan bangunan saja yang ramah lingkungan. Kitanya juga dong…
Ada mobil dan bus listrik, pakai sensor jadi tahu rute yang bisa dilalui jika jalan macet. Bus ini dikendalikan tanpa supir. Nah, mungkin saking smartnya bisnya selain tanpa supir, bisa ditumpangi tanpa penumpang pula. Mengerikan.
Ok, memang mengerikan jadi orang gaptek.
Sesi kedua sebetulnya ini yang saya bikin penasaran, boleh jadi ini alasan utama saya berkunjung ke FestTIK 2015. Ada workshop bukan saya work kamu shop yaa…
Judulnya “Meraup dollar dari blog”. Peminatnya sampai luber. Kursi yang disediakan cuma 30, sisanya lesehan. Di luar orang masih ngantri pengin ikutan. Sayang saya gak ngambil foto sesi ini karena terlalu fokus pada materi. Materi dibawakan oleh Kang Agus Hari.
Materinya asyik dan keren, gak salah kalau peminatnya membludak. Kang Agus Hari berpesan, blog bukan skema cara mencari uang dengan cepat. Kita tetap harus kerja keras, kalau mau cepat dapat uang tanpa kerja keras, ngepet saja. Begitu cenah.
Workshop di FesTIK 2015 dahsyat bin keren, bisa membuka mata (terutama yang gaptek seperti saya) menambah wawasan dan sangat rugi kalau gak mampir di acara keren seperti ini. Kesempatan buat kita semua. Biar gak ada omongan seperti ini lagi yang saya kutip dari moderator, “kalau Jepang punya Line, Amerika punya WhatsApp, Canada punya BBM, Korea punya Kakaotalk dan orang Indonesia punya waktu buat itu semua”.
Fyi :
Cau = pisang
Mangga dalam kalimat di atas bukan buah mangga tapi Silahkan.
Cenah = katanya.