Mudah sekali bagi orang lain untuk mengenali saya sebagai orang Bandung. Awalnya karena saya pikir mungkin cara berbicara saya yang kalau ngomong tidak ketinggalan dengan mah dan téh. Ternyata bukan hanya logat saja, katanya. Orang akan mudah mengenali saya sebagai orang Bandung dari cara berpakaian. Setidaknya begitu yang saya dapatkan ketika berkunjung ke kota -kota lain.
Entah ini sindiran atau pujian. Soalnya saya berpakaian menganut aliran slebor. Aturannya cuma asal nyaman dipakai dan tidak merusak pemandangan sekitar. Untungnya teman kami yang berasal dari pulau Dewata mematahkan rasa minder itu.
“Seneng kalau main ke Bandung itu. Trotoar sudah kayak cat walk saja. Cewek-ceweknya modis semua.” Puji dia. Saat itu kami sedang nongkrong di salah satu mall di jalan Merdeka. Lalu dia pun tak luput mengomentari cara berpakaian saya lalu bertanya-tanya di mana membelinya. Lanjutkan membaca “Bandung yang Menyesatkan”