Judul : Cinta di Tanah Haraam
Penulis : Nucke Rahma
Penerbit : Onbloss Creative
Terbit : Mei 2015
Tebal : xiv + 674 halaman
ISBN :978-602-14968-4-8
Bahwa sesungguhnya perselingkuhan bisa terjadi dimana saja. Bahkan ketika sedang melakukan ritual suci di saat menjadi tamu-Nya. Di tempat yang konon katanya di tanah ini azab akan dibayar kontan. Di saat khilaf saat itu pula ditegur dan langsung diingatkan untuk bertobat.
Meski dalam satu ritualnya tidak boleh menyakiti, meskipun sekedar menepuk nyamuk. Tetapi demi keinginan, manusia tetap melanggar aturan itu dengan menyakiti pasangannya.
Ibadah haji adalah impian semua muslim di dunia. Saking banyaknya peminat, di negeri ini pengaturan haji dibuat ketat dan membutuhkan masa tunggu hingga bertahun-tahun (halaman 43). Beruntung lah Zidan dengan kondisi peraturan seperti itu bisa membawa serta dua istrinya untuk menunaikan haji besar.
Baik Khumairah juga Viola, para istri Zidan yang rela bersimpuh untuk memohon ma’af pada Zidan (Khumairah di halaman 22 dan Viola di halaman 421) bisa menunaikan ibadah haji apalagi didampingi suami seakan sebuah anugerah. Dua wanita yang mencintai Zidan dengan alasan berbeda.
Khumairah seorang dokter kandungan. Kecantikan fisik dan kesempurnaan hidupnya ternyata malah menjadi beban bagi Zidan. Zidan overprotektif terhadap Khumairah. Semua kegiatan Khumairah harus seizin Zidan. (Terdapat kesalahan penulisan di halaman 230, paragraf 2. Harusnya Zidan tertulis Gibran). Pernikahan mereka belum mendapatkan keturunan, dengan penyebab yang tidak diketahui, meskipun Khumairah seorang dokter kandungan.
Perselingkuhan suaminya diketahui Khumairah ketika mereka sedang melakukan ibadah haji besar. Sebelumnya Khumairah sudah mencium gelagat keanehan suaminya. Tetapi semua prasangka itu dia simpan karena tidak ingin menjadi fitnah.
Ketika dia mengetahui bahwa suaminya berpoligami, bahkan ketika istri siri suaminya itu datang agar kehamilannya ditangani oleh Khumairah langsung, Khumairah dengan ikhlas melakukannya.
Poligami memang diperbolehkan dengan syarat. Khumairah sadar itu, tetapi ada hal lain. Hal yang akan mempengaruhi kesehatan reproduksinya. Sehingga dia meminta suaminya menggunakan pengaman. Suaminya tentu saja menolak, tetapi Khumairah memberikan alasan yang melegakan suaminya. (Halaman 216-217)
Drama ini akhirnya terbongkar ketika Viola melahirkan. Zidan terpaksa merelakan Khumairah.
Viola, gadis cantik dari kelurga kurang mampu. Pernikahan semata didasari alasan ekonomi. Viola merasa memiliki satu kelebihan dibanding Khumairah. Dia bisa memberikan keturunan kepada Zidan sedangkan Khumairah tidak. Dan dengan anak ini kelak Viola berpikir bisa menguasai Zidan seutuhnya.
Gibran, seorang pemuda yang terpikat kecantikan Khumairah ketika sama-sama menunaikan rukun Islam yang kelima. Kecantikan Khumairah dia jadikan sebagai objek dalam pameran fotografi tunggal Gibran. Gibran mengetahui perselingkuhan suaminya dan dia merasa itu tidak adil bagi Khumairah.
Penyesalan akan keputusan melepaskan khumairah, menjadi duri dalam mahligai pernikahan Zidan-Viola. Viola masih bisa merasakan suaminya masih menginginkan Khumairah meskipun sekarang dia menjadi istri sah dan satu-satunya. Sebuah pernikahan yang jauh dari bayangan Viola sebelumnya
Segala tindakan preventif yang dilakukan oleh Khumairah dalan usaha melindungi organ reproduksinya, akhirnya pupus sudah karena dia divonis kanker ovarium stadium dua. Kabar itu dia terima pada saat melakukan ibadah umroh bersama Gibran dan sahabatnya, Firly.
Novel ini merupakan karya pertama dari Bunda Hj. Nucke Rahma. Seorang penulis mega hits. Telah menulis 3.000 episode skenario sinetron, FTV, Serial, reality show dan layar lebar. Diantaranya Sinetron Pernikahan Dini, Si Yoyo, dan masih banyak lagi.
Seperti Firly yang menemukan kemantapan hati. Viola dan Zidan yang sedang berproses menuju ke arah kebaikan. Gibran dan Khumairah dengan keikhlasan untuk menggapai cinta-Nya. Kisah dalam buku ini adalah proses menggapai cinta-Nya. Semua berproses menuju kepada-Nya.
Bagian penutup sekaligus bagian favorit saya adalah:
“Anna uhibuka fillah, aku mencintai karena Allah.”