woman empowerment

Netizen dan Empat Pilar Kebangsaan

Salah satu fenomena media sosial menurut saya adalah mampu mengeluarkan sisi ‘asli’ yang terpendam dari diri seseorang. Misalnya seseorang yang begitu alim, lemah lembut di dunia nyata tetapi begitu ganas di dunia maya (media sosial). menyebarkan rayuan gombal pada lawan jenis. Berkata-kata tidak senonoh (kalau bahasa Sunda mah disebut cawokah).

Contoh yang paling umum adalah seseorang yang terkenal pendiam dalam keseharian. Santun, shaleh, tidak pernah berkata kasar tetapi di media sosial berani mengutarkan kalimat-kalimat hujatan penuh kebencian yang kasar. Melibatkan binatang buas sampai kata-kata ancaman. Lanjutkan membaca “Netizen dan Empat Pilar Kebangsaan”

Kuliner

Kesepian

Dalam KBBI kesepian (nomina) diartikan sebagai :

(1) keadaan sepi; kesunyian; kelengangan: radio itu dipasangnya keras-keras untuk mengusir -;
(2) perasaan sunyi (tidak berteman dan sebagainya)

Tetapi kalau di rumah, kesepian mengalami perluasan makna. Para bocah sering kali menyebut kesepian untuk mengungkapkan kondisi di mana mulut tidak mengunyah sesuatu. Sepi.

Siaga kesepian akan meningkat statusnya ketika formasi lengkap, alias para bocah ngumpul semua. Biasanya pada musim liburan tiba. Para bocah-bocah akan mengutarkan keluh kesah seputaran kekurangan pasokan cemilan. Lanjutkan membaca “Kesepian”

buku

[Review Buku] : Luka Dalam Bara

Luka Dalam Bara

Judul Buku: LUKA DALAM BARA

Ilustrasi sampul dan isi: @alvinxki

Penulis: Bernard Batubara

Penyunting: Teguh Afandi

Penyelaras aksara: Nunung Wiyati

Foto penulis: Pundan Katresnan

Penata letak: CDDC/NA

Penerbit: Noura (PT. Mizan Publika)

Cetakan: Kesatu, Maret 2017

Jumlah hal.: 108 halaman

ISBN: 978-602-385-232-1

“Bukankan rindu datangnya dari hati, dan hati adalah sesuatu yang bebas dan tidak memiliki kendali. Maka, tidak selamanya pula rindu menemukan penerima, dan tidak setiap saat rindu harus memiliki tujuan. Sebab, sekali waktu kita akan merasa bahwa rindu yang paling hakiki adalah rindu terhadap rindu itu sendiri.” (Hal. 74)

Entah karena kerinduan akan sosok istimewa  yang telah membuat dunia sang penulis warna-warni atau semacan terapi untuk patah hati sehingga buku ini lahir?

Kedua alasan tadi tidak menjadi masalah. Tidak  ada yang salah apakah penulis menulis untuk mengobati kerinduannya pada kekasihnya yang sekarang sudah berpisah. Atau penulis ingin berbagi sekaligus menularkan kegalauannya pada pembaca 😀 Lanjutkan membaca “[Review Buku] : Luka Dalam Bara”