cerita tentang coklat memang tiada habisnya, meskipun sayang coklat selalu habis dimakan sebelum selesai dibayangkan kenikmatannya (#edisimarukcoklat).
Minggu ini saya mendapat coklat hingga membuat saya terharu. Akibat aktifitas yang jor-joran dua minggu kondisi badan saya nge-drop. Dokter menganjurkan untuk cek lab. Sebetulnya sudah dari awal diwanti-wanti oleh dokter untuk medical check up, karena malas dan kesibukan yang kian hari kian gak jelas, saran dokter hanya dijawab “iya Dok, nanti segera.”
Akhirnya weekend 2 minggu lalu, kondisi badan gak kuat lagi. Kena vertigo pula, tekanan darah turun. Senin berikutnya masih terasa kleyeng-kleyeng. Obat paling manjur mengobati rasa ‘aneh’ karena vertigo atau pusing karena beban kerjaan adalah coklat, meskipun saya beraktifitas di industri Farmasi, tetapi obat manjur adalah coklat. Coklat untuk pusing, lelah, pegal. Coklat pelipur lara penghibur hati yang luka. Hahahahaha….
Sepulang kerja, sehabis menunaikan sholat Isya, saya melihat koin-koin emas berkilauan di meja.
Saya pikir pasti keponakan saya nih, yang meninggalkan itu di kamar. Ternyata setelah saya tanyakan, ibu saya sengaja menyimpan koin-koin coklat itu karena kasihan melihat kondisi saya yang kleyengan 😀
Kasih ibu sepanjang masa, dan itu saya rasakan benar. Sampai sebesar ini, setua ini mamah tidak pernah luput untuk memberikan kasih sayangnya. Alih-alih memakannya, waktu itu saya terharu. Hanya do’a yang bisa saya panjatkan saat itu, semoga saja Tuhan mau mendengarkannya.
Semoga Tuhan memperkenankan saya membahagiakan Mamah – Orang tua saya. Dan kelahiran saya kedunia menjadi kendaraan mereka menuju surga. Aamiin..
** Karena jika didiamkan akan menjadi mubazir, coklatnya saya makan juga. Alhamdulillah sembuh, berkat do’a mamah tentunya.