Familie

Surat Terbuka Untuk Pria Sejati Selalu Membuahi

Kepada

Yth, Pria Sejati Selalu Membuahi

Ternyata ujian menjadi pria sejati itu tidak mudah. Hanya orang-orang tertentu saja yang sanggup untuk menjalaninya. Kriteria dan kapasitas seperti apa yang berhak menjalani pria sejati selalu membuahi hanya Allah SWT yang tahu.

Membuahi. Membentuk buah. Buah tidak melulu tentang sel telur bertemu dengan sperma. Atau penyerbukan, putik kejatuhan serbuk sari. Buah lebih tepatnya adalah hasil dari perbuatan atau aktivitas.

Well, setidaknya peristiwa yang sekarang ini adalah buah.

Lanjutkan membaca “Surat Terbuka Untuk Pria Sejati Selalu Membuahi”
Familie

Till We meet in Jannah

Dapatkah kita berkumpul kembali dengan keluarga tercinta di surga?

Insya Allah, tidak ada yang tidak mungkin. Pertanyaan tadi dijawab dalam surat Ar Rad 13:23Ar Rad 13:23

Surat tersebut membuka kajian yang diadakan di Mesjid Agung Trans Studio pada hari Sabtu, 14 Juli kemarin. Mengambil tema “Family ‘till Jannah.” Sebelum membahas lebih jauh Ust. Aam Amiruddin memberikan penjelasan singkat mengenai rumah tangga.

Menurut beliau rumah tangga adalah perjanjian agung. Karena kesakralan dan keagungannya itu, maka perjanjian (akad) nikah itu sebaiknya diumumkan. Jangan dilakukan diam-diam atau ditutup-tutupin. Harus disosialisasikan agar tidak menjadi fitnah. Sosialiasasikan akad nikah agar semua senang, riang-gembira dan bersuka-cita.

MPI
July Meet Up

Lanjutkan membaca “Till We meet in Jannah”

Familie

Lebaran. Momentum. Harapan

Sebelum libur Lebaran tiba, di  hari Minggu terakhir. Tiba-tiba seorang teman menelpon dan mengajak ketemuan. Dalam pertemuan mendadak itu, dia bercerita mengenai rencana resign yang sempat dia cetuskan dua tahun lalu. Saya tidak begitu kaget dengan keputusannya itu. Teman saya ini sudah mempersiapkan matang-matang. Wacana resign sudah dibahas beberapa kali. Saya sendiri ikut mendukung rencananya (dan berharap saya juga sebetulnya ingin bisa resign, tapi kumaha deui? Sudah bakat…. Bakat kubutuh). Lanjutkan membaca “Lebaran. Momentum. Harapan”

Familie

Minggu Pagi di Museum Sri Baduga

Minggu pagi, mentari masih tertutup awan. Jalan Caringin, Kopo dan sekitarnya masih lengang. Terlihat beberapa angkot ngetem di pengkolan.

Orang-orang lebih memilih berlari atau bersepeda menuju lapangan Tegalega. Saya bersama Gita terjebak di salah satu angkot yang ngetem dekat perempatan Kopo. Beberapa meter dari pintu keluar terminal Leuwi Panjang. Perempatan itu, entah post ke berapa untuk dijadikan tempat ngetem. Ajaibnya, selain ngetem, kami berdua dipaksa untuk mendengarkan ocehan Mamang angkot. Beliau curhat betapa Pemimpin sekarang. Gak adil. Tidak ada keberpihakan. Masa bikin trayek baru lagi. Bis kota lagi, ongkosnya lebih murah lagi. Pakai AC lagi. Dan lagi, dan lagi.

Aaaaah, tapi ma’af Mamang, saya justru menyambut gembira trayek baru itu. Mungkin Bapak pemimpin berpihak kepada rakyat jelita yang suka menderita karena transportasi umum.  Lanjutkan membaca “Minggu Pagi di Museum Sri Baduga”

Familie · Film

[The Fate and Furious] : Once again!

Alasan saya menjadi pengikut franchise film “The Fast and The Furious” itu cewek banget. Bukan tertarik karena mobilnya tapi pada karakter tokoh utama di film ini. Cewek banget pan?

Persis ketika perempuan ditanya alasan mengapa dia memilih pasangannya. Pasti alasannya seputar : “Karena si aa ini lebih dewasa lah, bertanggung jawab lah, perhatian lah, pengertian lah and the bray and the bray.

Beda jawabannya ketika cowok ditanya hal yang sama. Pasti jawabannya, “karena si Neng Cantik, kulitnya putih atau senyumnya manis. Karena langsing and so on, so on, so on, so oooon…”  sampai duta sampo beralih menjadi duta salep. Lanjutkan membaca “[The Fate and Furious] : Once again!”

Familie · woman empowerment

Semua Akan Berubah Pada Waktunya

“Neng, upami hoyong enggal mah, naèk taksi wèh.”*

Demo angkutan kota (angkot) di Bandung yang berlangsung Kamis, 9 Maret kemarin mengingatkan kembali ingatan saya tentang kata-kata sopir angkot sekitar lima tahun lalu.

Perjalanan yang semestinya ditempuh kurang dari satu jam, malah molor hampir dua kali lipatnya. Padahal jalanan sedang lancar. Wajah kesal saya mungkin terlihat kentara sehingga Mamang Angkot melontarkan pernyataaan tadi. Tidak kesal bagaimana jika angkot yang saya tumpangi saat itu ngetem di setiap gang atau jalan kecil. Menunggu orang-orang yang sedang berjalan, menawari para ibu yang sedang meet-up di sudut jalan. Di setiap kali angkot berbelok. Di setiap wilayah yang dia lewati. Jalannya pun hanya menggelinding mundur-maju cantik.

Dan sekarang permintaan Mamang Angkot terbayar. “Taksi-taksi” yang dia maksud dengan gampang diperoleh. Mau roda empat atau dua yang siap gulak-gilek, nyempil sana-sini dengan mudah dipesan melalui aplikasi. Kalau mengingat perkataan si Mamang tentu gak perlu ada demo seperti kemarin. Dan dia harusnya gembira, angkoters macam saya tidak perlu membuat kesal mereka. Mereka bebas ngetem tanpa gerutu dari penumpangnya. Mungkin waktu itu si Mamang belum kepikiran jika taksi-taksi itu justru akan menggerus pendapatan mereka.

Itu hanya sekelumit pengalaman saya sebagai angkoters ketika menghadapi arogansi mamang-mamang Angkot. Curhat sebagai angkoters bisa dilihat di curhat angkot dan sini.

Keberadaan armada berbasis online mungkin bisa dijadikan momentum angkot untuk berbenah diri. Toh, mereka (armada online) lahir dari kebutuhan akan transportasi yang murah dan aman. Juga nyaman tentunya.

Selama ini, angkot berada di zona nyaman sehingga kaget (menjurus ke panik) ketika kemajuan teknologi mengubah keadaan dengan cepat, sedangkan angkot masih tentram nyaman di zonanya.

Armada berbasis online punya regulasi sendiri, yang saya rasakan mereka mengutamakan kepuasan pelanggan.  Pihak perusahaan tidak segan memecat karyawannya jika ada satu (satu) pelanggan yang komplen dengan pelayanannya. Karena perusahaan ini sadar mereka berbisnis dilahan pelayanan konsumen. Jika angkot diberlakukan seperti itu apakah siap? Menerima keluh kesah penumpang secara langsung.

Bagaimana jika ada penumpang yang komplen dengan kebiasaan ngetem? Atau merokok. Seingat saya sopir armada berbasis online dilarang keras merokok ketika ada penumpang. Kalau di angkot para sopir bebas merdeka.

Diturunkan sebelum tujuan. Ini sering juga terjadi. Tapi kita bisa apa? Ongkos yang dibayarkan tetap.

Jika malam tiba, sopir-sopir angkot akan diambil alih oleh sopir ‘tembak’ yang terkadang membuat kekhawatiran tambah akut. Mereka sering kali mengangkut kawan-kawannya. Berkendara ugal-ugalan. Balapan atau berantem karena hal sepele. Saya sering takut ketika naik angkot lalu supir dan kawan-kawannya membeli minuman curah di jalan Soekarno Hatta Samping Bank BCA, seberang Kantor Dishub Leuwi Panjang.

Minumannya berbau tajam, dan mereka asyik-asyik minum. Termasuk sopirnya. Sedangkan penumpang mulai panik.

Terus kita harus komplen pada siapa mengenai ini?

Masalah Ongkos, armada online jelas tarifnya. Akan terlihat berapa yang harus dibayarkan. Jika menggunakan angkot terkadang kita tidak bisa berkata apa-apa. Apalagi jika ada kenaikan BBM. Seolah-olah mereka lah yang paling nestapa terdampak oleh kekejaman pemerintah mencabut subsidi. Tapi hei, hei, hei… kenaikan BBM tidak disertai dengan kenaikan gajih buruh. Dan kita juga terdampak.

Mungkin permasalahan angkot ini kembali kepada SDM-nya. Menurut saya yang angkoters, angkot tak perlu mewah, tak perlu dilengkapi wifi, AC, tetapi sopir-sopir yang bersahaja sudah cukup. Supir bersahaja tentu angkotnya pun akan bersahaja mendukung identitas sopirnya.

Penampakan angklung (angkot Keliling Bandung) yang akan beredar mulai 23 Maret. Sumber : harian Pikiran Rakyat

Lantas bagaimana masalah SDM? kita saja sebagai karyawan sering harus mengikuti pelatihan. Mungkin saatnya para sopir angkot ini diberikan pelatihan ilmu dibidangnya. Secara berkala. Tentang keselamatan, pelayanan. Belajar tidak ada ruginya.

Ada sharing dari sopir angkot teladan.

Memang ada sopir angkot teladan??

Ya! Tentu ada meskipun jumlahnya sedikit sehingga yang muncul dipermukaan hanya kelakuan yang tidak sedap. Percayalah sopir angkot teladan itu ada, seperti sopir yang melengkapi angkotnya dengan buku bacaan. Terobosan ini bisa dibagikan kepada rekan sejawat sehingga mutu pelayanan angkot lebih meningkat. Salah satu kelebihan menggunakan armada berbasis online tertelusur. Mungkin kebaikan-kebaikan ini bisa diterapkan pada angkot.

“Bukan yang paling kuat yang bisa bertahan hidup, bukan juga yang paling pintar. Yang paling bisa bertahan hidup adalah yang paling bisa beradaptasi dengan perubahan.” – Charles Darwin

Cung yang alasan membeli kendaraan (terutama roda dua) alasannya agar tidak perlu ngangkot, karena mereka ngetem! Biar sampai ke tujuan lebih cepat? Lebih murah mengendarai motor daripada naik angkot. Hemat biaya. Hemat waktu.

Lalu setelah alasan ini bukan sebuah rahasia lagi, apakah organisasi pengelola angkot dan pengusaha angkot melakukan evaluasi pada kinerjanya? setahu saya sebagai angkoters tidak ada, hanya penyesuaian tarif saja yang disosialisasikan jika ada kenaikan BBM.

Keberadaan angkot saat ini, mungkin dulu juga menggerus transportasi sebelumnya. Seperti bemo, delman, beca dan sebagainya. Atau trayek bis kota (Damri). Dulu ada jurusan Bis kota Alun-alun – Soreang, tetapi karena di demo oleh angkot Soreang, jurusan itu lenyap. Padahal lumayan cukup membantu menurut penggunannya. Sekarang kalau ke arah soreang alternatif lainnya menggunakan elf jurusan Ciwidey. Yang konon katanya kalau ingin mabok murmer gak perlu minum oplosan. Naik elf Ciwidey dijamin pas belokan bisa mabok.

Dan berita menggembirakan lainnya mengenai transportasi di Bandung adalah kabar gembira bagi kita semua yang datang dari pak Wali.

Setelah para angkoters berpaling menjadi rider, lalu sebagian lagi menjadi penumpang ojek onliner, kemudian MRT. Apakah angkot akan bertahan dengan kebiasaan-kebiasaan ajaibnya itu?

TTD

Angkoters

  • Neng, upami hoyong enggal mah, naèk taksi wèh. = Neng, jika ingin cepat lebih baik naik taksi saja.
Familie · Kuliner

Nasi Tutug Menu Gawat Darurat

Menurut cerita Ibu saya, menu nasi tutug adalah menu andalan yang dibuat oleh alm. Emak ketika keadaan gawat darurat terjadi. Maksud gawat darurat di sini adalah ketika lauk sebagai teman nasi tidak ada, selain tidak ada bahan untuk diolah juga karena tidak ada uang untuk membelinya. Hanya dengan sepotong oncom sebagai lauk  untuk seluruh anggota keluarga. Alm. Emak mengakalinya dengan membuat nasi tutug. Sekarang berbeda, nasi tutug adalah menu yang sudah naik derajatnya. Hadir di restoran kelas mewah sampai hotel berbintang.

Di keluarga kami, nasi tutug masih menjadi andalan. Terutama ketika hari Raya tiba. Biasanya suka ada rasa ingin –escape dari menu-menu hari raya yang bahan bakunya didominasi oleh daging.

Cara membuatnya sangat mudah sekali.
Lanjutkan membaca “Nasi Tutug Menu Gawat Darurat”

Familie

Piknik Keluarga

Suksess… saya bisa bernafas lega. Piknik yang sempat tertunda akhirnya bisa terlaksana dengan sukses, selamat sentausa penuh suka cita.

Meskipun tidak dengan kekuatan penuh karena masih ada beberapa keluarga yang tidak bisa hadir. Seperti keluarga Perbas yang hanya diwakili oleh Mia, Keluarga Bubat minus satu Orang. Keluarga Mengger Full loaded, Keluarga Citra minus semuanya, karena mereka punya baby. Lalu keluarga Kopo. Keluarga Kopo sebagian besar hadirrr dimana saya sendiri menyandang sebagai panitia pelaksana. Lanjutkan membaca “Piknik Keluarga”

Familie

Ilmu yang Disalahgunakan

Tidak sedikit ilmuwan yang menyesali penemuannya. Seyogyanya membantu malah menjadi bencana. Seperti penemuan dinamit oleh Alfred Nobel atau penemuan LSD, obat untuk syaraf yang akhirnya diselewengkan juga. Mungkin masih ingat peristiwa beberapa bulan lalu, kecelakaan yang merengut korban jiwa karena pengemudinya dalam pengaruh LSD. Obat yang bentuknya mirip perangko. Dijilat gak perlu dicelupin. Sedikit cerita tentang LSD bisa diintip ke sini  kalau enggak di sini .

Ah, jangankan penemuan, ilmu pengetahuan saja sering kali diselewengkan.

Contohnya ya Si Sayah inilah. Mentang-mentang tahu kalau bumi dan kawan-kawan mengitari Matahari dengan lintasan elips, saya suka bikin itung-itungan.

Hitungannya begini, kalau puasa sunnah saya sengaja mencari waktu ketika bumi berada pada posisi paling dekat dengan Matahari. Sebisa mungkin hutang-hutang puasa saya sudah lunas sebelum bumi berada pada posisi jauh dari Matahari. Itulah mengapa kita perlu belajar sains.

Lintasan Planet
Lintasan Planet

Maksud hitungannya sangat sederhana, jika posisi bumi berada jauh dengan Matahari maka waktu puasa kita akan lebih lama. Misalnya Subuh dari setengah empat pagi, magrib jam setengah tujuh. Jadi waktu puasanya akan lama. Kalau pas berada dekat dengan Matahari, subuh jam setengah lima, magribnya jam setengah enam.  Halaaah…. pemahaman saya tentu saja salah.

Ada lagi, mentang-mentang Pak Ustadz menceritakan jika Sholat berjamaah itu sekian derajat pahalanya, kalau puasa Sunat Idul Fitri (puasa syawal) sekian pahalanya, terus puasa Idul Adha seperti puasa dua tahun lamanya.  Langsung deh, otaknya muter. Ngitung lagi…

Bagi saya seorang penggila sains, dari awal saya belajar saya tidak pernah ada maksud untuk memilah-milah antara sains dengan kepercayaan yang saya anut. Tak perlu mengkotak-kotakannya. Jadi tak perlu lah bertempur gara-gara hal ini (eh, memang ada yang bertempur gara-gara beginian? gak ada kan yaaa…).

Baiklah, tulisan ini semacam pengakuan dosa. Jangan diikuti. Sudah barang tentu dengan menulisnya si Sayah ini harus lebih banyak lagi membaca dan belajar.