woman empowerment

7 Kebiasaan Orang yang Nyebelin Banget (7 Habits of Highly Annoying People)

Ini Tanda Tangan Om Piring, sebagai orang yang bekerja di Farmasi saya tambahkan tanggal biar valid
Ini Tanda Tangan Om Piring, sebagai orang yang bekerja di Farmasi saya tambahkan tanggal biar valid

Sebetulnya buku ini terbitnya empat bulan lalu (Bulan Mei). Tapi baru kali ini saya sempat menuliskan kesan-kesan saya terhadap buku ini. Mumpung di KOMPAS hari ini pun ada di Halaman 35 lembar klasika. Walaupun nongolnya tidak mencapai seperempat halaman di KOMPAS. Percayalah buku itu lebih ajaib, kabar gembira bagi kita semua…

Pada saat membeli buku di Gramedia Merdeka, beruntung sekali saya bisa sekaligus bertemu penulisnya Om piring (@newsplatter) yang ternyata sangat menjulang (tinggi banget…. wwwwowww) tengadah saya melihatnya. Tidak hanya bertemu saya sempat meminta tanda tangannya juga. Oh ya, buat Om piring jika membaca tulisan saya ini. Saya adalah penanya yang tidak mendapatkan hadiah. Sakitnya itu disiniiiiiih lho Om (nunjuk dada ayam… hehehehehe)

14094641262118425819
Penampakan Covernya (Kuning)

Terdiri 7 bab yang berisikan tujuh kebiasaan yang menyebalkan di suatu tempat atau kegiatan. Seperti di kantor,kampus,angkutan umum, tempat umum (mall,bioskop,dll) juga kegiatan seperti kumpul keluarga (Halbi, kondangan, dll), saat kencan, dan kegiatan di sosial media.

Kebiasaan-kebiasaan dalam buku ini dikumpulkan melalui survey, di awal halaman dijelaskan.  Survey ini tidak bisa dianggap mempresentasikan masyarakat umum, tetapi berdasarkan dari jumlah responden. Tetapi walaupun berdasarkan jumlah responden  kebiasaan yang ada di buku ini adalah memang benar-benar kebiasaan yang sering terjadi. Jadi Ok lah, hasil surveynya om piring mendekati di tingkat realita (saya menyarankan sih, buat Om piring untuk mendirikan kantor lembaga survey juga).

Misalnya saja kebiasaan yang paling menyebalkan di pertemuan keluarga. Pasti semua orang akan menjawab : Paling malas ditanya soal “KAPAN NIKAH?”, “KAPAN LULUS?”, terutama yang kapan Nikah. itu nyesek banget. Pada bulan puasa kemarin di Bandung beredar poster :DUKUNG GERAKAN STOP BERTANYA KAPAN KAWIN? saat lebaran dan momen kekeluargaan lainnya!!!!

14094660041297430198
Poster Dukungan STOP Bertanya KAPAN KAWIN?

Cukup bijak koq gak akan bales nanya Kapan Mati?

Atau kebiasaan buruk di jalan raya / angkutan umum. Mulai dari merokok , mengetem sampai bau badan pun tidak luput dari jawaban responden.  Untuk mengetem, sepertinya hanya Supir angkot dan Tuhan saja yang tahu angkot ini akan jalan atau tidak, karena saya pun kesal sekali dengan kebiasaan ini.

Kebiasaan menyebalkan pada saat berkencan atau pergi dengan pasangan adalah gadget . Ketika pasangan kita lebih fokus terhadap peliharaannya, seperti mendandani barbie, nyari point buat beli paku. Gak penting sih, tapi membuat pasangan kita jadi BT. Buat para pelaku dan korban kebiasaan ini. Mulai lah untuk meluangkan waktu tanpa gadget.

Dan masih banyak lagi kebiasaan-kebiasaan yang menyebalkan yang dapat kita temukan pada saat berinteraksi dengan orang lain. Ditambah banyak jawaban-jawaban Open ended yang akan membuat kita juga ‘tertampar’ ( ya, mungkin kita salah satu pelakunya dalam melakukan hal itu). Ada dua pendapat (hal biasa kan) menanggapi kebiasaan ini. Misalnya kita membuang sampah di jalan dari mobil kita dengan cueknya, terus ada yang komplain. Kalau kita diposisi sebagai pelakunya, kita beranggapan  bahwa: ah, orang itu koq rempong amat ya, menganggap kegiatan kita menyebalkan. Sirik saja. Kita kan kaya, suka-suka kita dong buang sampah dimana. Mobil-mobil gue, gue bayar pajak buat jalan ini, buat bayar petugas kebersihan. resek!  Atau kita bisa mulai memahami ternyata kelakuan kita itu berdampak buruk buat orang lain.

Walaupun buku ini  bukan buku berganre komedi, tapi saya yakin betul kalau yang membaca buku ini pasti akan tertawa-tawa. Kita mungkin terhibur, tapi percayalah buku ini bukan sekedar hiburan semata. Ada hal yang harus kita renungkan. Saya tidak tahu tujuan Om piring menulis buku ini (selain royalti. ehm…) tapi saya tahu tujuan saya beli buku ini. Menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Bermanfaat untuk orang lain. Jika belum bisa bermanfaat setidaknya saya tidak merugikan orang lain.

Mengutip dari halaman 201 :

“Menjadi tidak egois, considerate/memikirkan kepentingan dan perasaan orang lain (bahkan orang yang tidak kenal), menghargai fasilitas umum, adalah bahan-bahan baku sederhana untuk menjadi orang yang tidak menyebalkan. Karenanya, kita semua bisa menjadi manusia yang tidak terlalu menyebalkan. “

woman empowerment

Desain Baru tempat Sampah Di Bandung

Sejak Kang Emil resmi dilantik jadi Walikota Bandung, di beberapa jalan kota Bandung pasti sering melihat tempat sampah seperti ini.
foto-tempat-sampah bandung

fotonya diambil dari http://inspirasibangsa.com

Materialnya dibuat dari tepung tapioka,katanya sih. Saya belum mem-follow up atau mencari sumber berita itu. Baru sebatas obrolan ketika menganggumi tempat sampah tersebut ditebar di kota Bandung.

Sebagai warga Bandung saya tentunya senang dengan ketersediaan tempat sampah ini. Di Bandung itu sulit menemukan tempat sampah, ya… beberapa waktu lalu. Pernah ketika kami melakukan Jalan Santai dari Tahura sampai Jayagiri, tempat sampah itu sulit ditemukam. Sampai akhirnya kami membekal sampah, ohya dulu saya dan teman-teman sudah melakukan GPS. Gerakan Pungut Sampah yang sekarang sedang digalakan di hari Senin-Rabu-Jumat. Alasan dulu kenapa kami memunguti sampah sepanjang perjalanan kami karena “GEULEUH” itu saja.

Balik lagi ke tong sampah yang terbuat dari plastik ramah lingkungan dan seyogyanya praktis karena tinggal diikat lalu diangkut petugas kebersihan. Sampahnya pun sudah dipilah mana yang bisa diurai mana yang tidak (plastiknya ada dua warna tuh hijau dan putih), yang Hijau buat organik dan putih buat anorganik. Harusnya, tetapi umur tempat sampah itu tidak berlangsung lama. Plastik banyak yang sobek, digerogoti tikus, tidak terpasang dengan benar. Pemasangan tidak continue sering kali dibiarkan. Yang lebih konyol lagi banyak yang membuang sampah diatas tutupnya, atau menggeletakan dibawah kantong plastik yang menggantung dengan harapan nanti si petugas sampah akan sekalian membawa sampahnya. Dan yang lebih ajaibnya, ring besinya itu ngilang sodara-sodara…..

tampilannya seperti ini:

tempat sampah rusak

diambil dari http://www.pikiran-rakyat.com
Tersisa seperti itu. Sungguh menakjubkan. Mungkin rasa memilikinya sangat tinggi. Alih-alih merawat malah diangkut pula ke rumahnya.

Kalau sudah begini saya, saya suka mikir yang melakukan pasti bukan warga Bandung. Kalau warga Bandung tidak mungkin lah melakukan hal-hal yang merugikan dirinya sendiri. Terus sering kali di Bandung (Cihampelas dan daerah tujuan wisata lainnya) sering terlihat ongokan sampah dari para tamu yang berkunjung. Disempillkan dibawah kursi atau dijadikan aksesories sekitar akar-akar pohon. Jadi kepikiran mengapa mereka menyampah dengan membabi buta seperti itu ya? Ok baiklah mungkin mereka bukan orang Indonesia, gak ada rasa cinta tanah airnya. Gak mau sedikit pun berbelas kasihan pada negerinya. Atau mungkin mahluk surga yang salah diturunkan. Seharusnya diturunkan di Neptunus atau Mars atau Jupiter bukan di Bumi. Kalau mereka sadar akan menjadi bagian penghuni Bumi gak akan lah melakukan seperti itu, menimbun sampah begitu. Lalu berharap malaikat akan membereskannya.

Sekarang desain tempat sampah Bandung diganti. Biar tidak bernasib seperti desain sebelumnya yang ditinggalkan rangkanya, itu pun sudah dimutilasi pula. Desainnya seperti ini, saya melihatnya di Facebook Ridwan Kamil untuk Bandung pada hari kamis, katanya dari @infobdg

tempat sampah desain baru FB Ridwan Kamil untuk Bandung (infobdg)

Desain Baru

Wih ada Giginya, buat menggigit 😀

Semoga saja tempat sampah ini bisa dipelihara dengan baik. Gak akan ada yang mempretelinya. Yang lebih penting lagi, warga Bandung harus peduli dengan sampah. Ya, mulai lah mengurangi produksi sampahnya. Gimana caranya? ya, kalau saya praktisnya sih membuat renungan dulu, bahasa kerennya review, sehari berapa banyak kita nyampah. Besoknya kita mulai tuh kurangi. Misalnya kalau hari ini beli gorengan pakai plastik, besok bawa lunch box, besoknya lagi gak beli soalnya Inget kolesterol, asam urat dan lain-lain. Lemak, ndut… ah, jadi serem kalau badan udah melar. Hahahahaha….

Anyway, bijak lah dengan sampah. After all, Tuhan pasti tidak salah mengirim kita menjadi Mahluk Bumi. Jadi, berbaik-baiklah karena kalau kita tidak menghormatinya, merawatnya, siap-siap saja akan Murka-NYA.

woman empowerment

Kemeriahan HUT RI Bagi Mantan Atlit Volly Nasional RT 03

Mumpung masih dalam suasana kegembiraan HUT NKRI, mau cerita sedikit tentang pengalaman menjadi peserta lomba tujuh belasan.

Tahun kemarin, sepertinya menjadi tahun terakhir saya sebagai atlit volley nasional RT 03 RW 02 kelurahan Margahayu Utara – Kota Bandung. Saya berjanji, tahun sekarang dan berikutnya giliran tampil generasi baru. Jangan melulu saya dong (modus juga sih, ya… boleh deh mau dikatakan faktor umur juga, tapi yang jelas gak mau dibilang maruk yang terus-terusan eksis tanpa memberi kesempatan yang lain. tujuannya mulia bukan?)

Tahun kemarin sebetulnya agak terpaksa,setelah beberapa tahun vaccum akhirnya saya luluh juga dengan bujukan Bu RT. Beliau bilang sih, tidak ada pemain lagi. Terus diselenggarakan selepas lebaran idul Fitri, jadi banyak yang sedang mudik. Jadilah saya ini adalah atlit volley nasional pelengkap penderita. Bukan cadangan lagi. Menggenapkan jumlah pemain. Saya dipasang diposisi belakang, yang melakukan serve pertama.

Walaupun tanding volly itu cuman Tarkam alias antar kampung, tapi tidak kalah seru dari pertandingan volly sekelas Sea Games atau olimpiade. Saya paling senang jika lawan tanding kami adalah noni unyu-unyu (tim RT-nya tidak usah disebut yaa….) Mereka biasanya heboh dengan dandanan. Mau tanding, rambut panjang sengaja tidak diikat, belum poni yang memanjang simetris membelah dahi dan menutupi mata sebelah. Ada juga yang senyam-semyum memamerkan behel warna-warni. Memakai hot pants, kaos kaki selutut biar terlihat kaki lebih jenjang atau menutupi bekas koreng, saya kurang tahu. Dandan ala Korea, generasi SNSD dan 21 Kalau sudah begini hampir dipastikan, serve yang saya kasih pun akan membubarkan mereka. Soalnya dengan tidak mengurangi rasa hormat, mereka akan teriak-teriak histeris begitu bola dipukul dan melewati net. Kebingungan, takutnya akan membuat luntur penampilan. Penonton yang didominasi kaum pria akan bersorak-sorak. Kecuali bapak-bapak mereka yang keberatan dengan penampilan anak gadisnya. Pasti akan bermuka asem. Dan yang jelas sebelum peluit tanda bertanding dimulai, hampir dipastikan. Mereka membuat status dulu di Twitter, instagram, path bahkan facebook. Kompak di medsos, belum tentu kompak di dunia nyata.

Beda lagi jika lawan tandingnya emak-emak. ini giliran saya yang keder. Mereka perlu diwaspadai. Dengan beragam profesi, pengalaman hidup yang matang dan tingkat stress yang tinggi akibat himpitan ekonomi :D. Mereka lebih gagah perkasa, melibas lawan-lawannya. Tanpa ampun.

Ada Teh Inna. Jika diluar lapangan dia penjual gorengan  di dalam lapangan adalah tooser yang cukup pintar. Teh Siti yang sehari-hari bekerja sebagai buruh cuci tidak ketinggalan. Kecepatan smash-nya melebihi kecepatan kilat. Kalau dia melakukan smash saya langsung ngiprit lari keluar lapangan. Dalam sat pertandingan pernah saya mencoba menahan smashnya, esok harinya lengan saya memar. Biru lebam. begitu datang ke kantor dikira mengalami KDRT. Ada pula yang jago mem-block. Mementahkan serangan kami, yang kami susun secara spontan. Dan membuat kami frustasi.

Itu adalah kekuatan tim RT 04. Tim RT 01, yang lebih terlihat religius dengan seragam putih-putihnya akan bermain anggun dan alot. Kami mempunyai kekuatan yang sama. Dari beberapa kali tanding kedudukan kami seri. Dan kami sama-sama kalah oleh tim RT 04.

Di babak semifinal beberapa tahun lalu, engkel saya cidera dan sempat pula dibawa ke bengkel tulang. Sampai sekarang belum sembuh total. Itu salah satu alasan saya vaccum. Makanya saya suka merasakan betapa tersiksanya David Beckham atau Cristiano Ronaldo jika cidera engkelnya kambuh.  Walau begitu saya masih senang bisa membela tim saya. Saya masih ingat, saya pernah dikasih honor sebesar sebelas ribu. Ya, bukan masalah nominalnya tapi kebersamaannya itu yang membuat saya kembali luluh untuk ambil bagian.

Hampir tiga tahun saya membela RT saya ini. Oh ya, sebetulnya tim nasional disini tidak melulu sebagai tim volly saja, tapi harus siap pula diturunkan pada saat pertandingan tarik tambang, gerak jalan, tanding gebuk bantal, futsal, bakiak. Pokoknya apapun perlombaan, kita mesti siap-siap saja Bu RT manggil karena kita adalah tim inti. Kalau panjat pinang saya langsung nolak saja, lah wong saya harusnya di pinang koq, bukan dipanjat. Iya kan….

** sayang saya gak minta foto-fotonya pada Panitia.Lupa. terlalu keasikan jadi peserta. Kalau mau lita boleh lah nanti diminta.

Dipublish juga di 

http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2014/08/19/kemeriahan-hut-ri-bagi-mantan-atlit-volly-nasional-rt-03-673854.html

Bandung, 18 Agustus 2014

woman empowerment

Antara Masuk Angin dan Tolak Angin

Aziz Elfatimy, dia menyebutkan nama. Terlihat sekali dia frustasi karena harus berulang kali menyebut namanya, sedangkan para mojang (gadis – Bhs. Sunda) konsisten memasang muka kebingungan. Sebagian ada yang manggut-manggut, dan berkata, “Oooh….” Bulat penuh di mulut yang tidak mengurangi kadar kebingungan.

Saat itu kami berlima yang dipertemukan karena kelas bahasa Prancis dan baru bisa mengucapkan, “Bonjour, Comment Allez-Vous?” atau “Comment vous appelez-vous?” dengan lancar. Lalu bertemu dengan seorang Prancis asli yang sedang nyasar di Jalan Purnawarman adalah hal yang luar biasa. Terlebih lagi dia itu sangat ganteng (sayangnya dia sangat menyadari betul dengan kelebihannya ini), berkulit putih, tidak terlalu pucat. Wajah sedikit Arab dan bahasanya itu lho, karena konon katanya Bahasa Prancis adalah bahasa yang paling romantis. Sungguh suatu komplikasi yang mematikan.

Rupanya dia seorang Maroko, makanya dia bernama muslim tetapi berkebangsaan Prancis. Pada usia sembilan tahun dia harus mengikuti orang tuanya pindah ke Montpiller atas dasar peruntungan dan ingin merubah nasib.

Saat itu, Aziz terlihat kurang enak badan, saya pikir mungkin jetlag, karena telah menempuh perjalanan jauh. Kurang lebih 16 jam. Dia pun mengakui bahwa dia kurang enak badan, dengan bahasa Inggris yang terbata-bata (sejujurnya sih dia ngomongnya seperti yang kumur-kumur, makanya kami kesulitan menangkap maksudnya).

I don’t feel well…” katanya.

Susi teman kami nyeletuk, “May be you got ‘masuk angin’ monsieur…”

What is masuk angin?” tanya Aziz.

Mula-mula Semua terdiam, saya juga. Bingung juga menjelaskan perihal masuk angin ini. Bagaimana caranya? Lalu yang lain menyeletuk, “the entering wind…” disertai derai tawa.

Dengan gerakan matanya, dia mengharap penjelasan lebih jauh mengenai fenomena masuk angin ini. Lalu kami bahu membahu dengan kosakata minim mulai menjelaskan apa itu masuk angin dan saat itu pula baru menyadari masuk angin adalah hal yang sangat Indonesia sekali.

Dia manggut-manggut, mencoba mencerna jawaban-jawaban kami. Lalu dia bertanya, “what’s the cure for it?

Semua serempak menjawab, “TOLAK ANGIN.”

Diterjemahkannya secara harfiah, “Denied Wind.” Walau begitu kami tetap kebingungan menjelaskan obat mujarab larutan tolak angin ini.

 

Aziz cukup lama tinggal di Bandung, hampir 4 bulan untuk menyelesaikan tugas yang diperintahkan (mungkin semacam ikatan dinas dari kampusnya). Hampir tiap hari dia menanyakan rute, berita di koran lokal. Dia paling sering meminta saya menerjemahkan iklan baris atau berita di kolom kecil. Seperti berita bayi yang butuh donor darah, pencurian di Majalengka serta hal-hal kecil, remeh-temeh lainnya ke saya. Peristiwa the entering wind, membuat Aziz menganggap saya adalah gadis yang bisa dipercaya sementara 4 teman yang lainnya sering mengerjai dia. Seperti pada saat makan siang, ke empat teman saya sengaja membawa Aziz ke kedai Bakso. Salahnya Aziz juga sih yang ingin tahu kuliner asli.

Saya tidak ikut saat itu. Sore hari baru saya ketemu Aziz. Dia bercerita kalau teman saya mengajak dia makan Bakso ceker, dia langsung lari keluar dari kedai Bakso. Dia tidak tahan melihat kaki-kaki ayam yang tengadah berserakan di mangkok. Hampir mau muntah. Katanya.

Aziz ngomel-ngomel dalam bahasa Prancis, benar juga Bahasa Prancis sangat romantis, bahkan di saat mengomel pun terdengar cukup Indah.  Saya tertawa terpingkal-pingkal mendengar penuturan Aziz, sungguh jahil teman-teman saya itu.

“Ya, sudah kalau besok kita makan Mie kocok,” tawarkan saya.

What is that?” tanya dia.

“Kaki sapi…”

Aziz langsung mencak-mencak. Dia mengancam kalau diajak makan kaki lagi, kaki saya akan dimakan sama dia. Padahal mie kocok itu recommended jika berkunjung ke Bandung. Tentu saja kaki sapinya tidak akan digeletakan begitu saja di mangkok, dan kita menjilat-jilat layaknya Pluto.

Dia paling senang kalau diajak jalan-jalan keliling pasar kaget, seperti Gasibu. Dulu Gasibu masih semerawut dan tidak tertib. Aziz suka memuji walau sebetulnya menyindir juga sih. Dia lebih suka jalan kaki dibandingkan naik angkot. Badannya yang tinggi, harus dilipat-lipat dalam angkot. Aziz belum tahu saja kalau angkot di Bandung adalah anggota gank Autobots, mereka akan bertransformasi lebih keren dari Bumble Bee.

Waktu itu, karena sedang ingin nonton serian alias sinetron impor, saya membawa Aziz ke Kota Kembang. Pusat DVD ehem-ehem….

Aziz terlihat panik dengan hamparan DVD bajakan disana. Dia bilang kalau Bill Gates melihat pasti sudah kena serangan jantung. Awalnya dia sendiri takut, karena itu semua ilegal. Apalagi pas ada polisi, dia sudah bertanya berkali-kali, “are you sure?” mukanya terlihat panik.

Begitu melihat Pak Polisi asyik memilih-milih film lalu membeli beberapa keping dia merasa lega. Dia menjuluki kota kembang sebagai Supermarket ilegal. Dia pun membeli beberapa film kartun dan film action. Serasa menemukan kegembiraan. Dia bilang enak sekali tinggal di Bandung, DVD bajakan bebas, buang sampah bebas, meludah juga bebas. Saat itu sebetulnya saya merasa ditampar. Maluuuuu…… sebagai warga Bandung.

Itu hanya sekelumit cerita seorang bule yang nyasar di Bandung. Mau tahu keseruan bule-bule yang sengaja menyasarkan diri ke Indonesia? EAT PLAY LEAVE akan menjawab rasa penasaran itu. Bule-bule yang sengaja menyasarkan diri ke Indonesia demi sebuah apa????? *jorokin microphone…

-Demi sebuah pengalaman sepertinya – *ngusap jidat

Di buku ini, secara tidak langsung akan menyadarkan kita, mengapa kita harus bangga jadi bangsa Indonesia. Bule-bule saja sampai datang kesini, demi sebuah cinta yang mereka harap temukan. Sampai rela dikerubuti monyet. Demi sebuah ketenangan, demi kesembuhan, bahkan ada yang rela menghapal Lagu Indonesia Raya dan Pancasila demi menjadi orang Indonesia. Dan kita yang sudah jadi orang Indonesia, kenapa kita tidak bangga?

Ini Penampakan Bukunya , x+250 hlm, 20.5cm. Gak Makan Ruang, Ringan.
Ini Penampakan Bukunya , x+250 hlm, 20.5cm. Cucok buat dibawa jalan-jalan
Bisa juga dijadikan tabir surya
Bisa juga dijadikan tabir surya atau undercover buat nutupin muka ngantuk
Eat Play Leave and Me
Eat Play Leave and Me