woman empowerment

NOAH AWAL SEMULA (ROKOK BERJAYA)

Sebagai Penikmat  lagu-lagu peterpan atau NOAH, kehadiran film NOAH Awal Semula sangat ditunggu-tunggu. Kami memantau film ini sejak isu pembuatan berhembus karena kami tidak ingin melewatkan begitu saja.

Cukuplah film itu membayar kerinduan kami, yang selalu rindu karya-karya Peterpan -> NOAH. Padahal disetiap akhir pekan pastinya salah satu Stasiun TV akan menyiarkan mereka secara Live, di setiap radio lagi-lagunya terus berkumandang. Tiada kata bosan untuk mereka. Bahkan terus dinantikan kiprahnya. Banyak hal yang sering membuat kami penasaran lalu sedikit terjawab disana. Tapi mungkin jika ada sequelnya, boleh-lah dibahas proses kreatif mereka, atau sisi pribadi mereka yang tidak terekspose selama ini.

Yang jelas menyaksikan Film ini tidak terlepas dari ROKOK. Sepertinya tokoh utama di Film ini adalah ROKOK karena hampir semua nara sumber yang diwawancarai, baik itu personil atau kru semua tidak bisa lepas dari rokok. Ada satu adegan dimana Ariel menanyakan kepada supir apakah mereka boleh merokok dalam mobil. Apakah mobil ini biasa dipakai untuk merokok? Dan ini menjadi hal penasaran tersendiri, berapa kah konsumsi rokok mereka? Tidak usah dihitung dengan seluruh jumlah kru, cukup kelima personelnya saja. Dalam satu bulan berapa rupiah yang mereka habiskan untuk merokok.

Intrerview Lukman berlatar cahaya dari gedung apartemen. Gelap. Hanya lampu-lampu apartemen dan nyala api dari Rokok. Mungkin maksud dari adegan itu untuk menggambarkan betapa galaunya Lukman ketika ditinggalkan sang vokalis. Tapi apakah harus sambil merokok?

Menurut saya sih sosok Lukman sudah terlihat galau ketika bertutur dengan latar belakang gedung apartemen dengan pencahayaan dari lampunya yang menyala sebagian. Tanpa harus sambil merokok.

Lalu Reza, Uki, Ariel sih tidak perlu diceritakan lagi, bahkan David sebagai Personil baru tidak luput dari Rokok. David terlihat jelas kacau saat bersitegang dengan salah satu kru, sambil mengempit rokok. Padahal kondisi David saat itu dalam proses pemulihan, akibat sakit. Hanya ketika mereka sedang bercengkrama dengan anak-anaknya tidak ada rokok disana.

Mengapa harus merokok sih? Bukannya di televisi rokok sudah disensor?

Reza, Uki, David, Ariel dan Lukman apakah mereka akan hebat tanpa rokok? Well, pastinya akan lebih hebat lagi. Makin hebat dan terhebat menurut saya.

Mungkin kah Ariel akan tetap keren tanpa merokok? Menurut saya sih, akan lebih keren lagi jika Ariel dan semua personil NOAH meninggalkan kebiasaanya itu.

Agak sulit tapi pasti bisa! Sebagai penikmat NOAH kami akan selalu mensupport. Termasuk mensupport mereka menjadi Band yang ramah Lingkungan. Band Pioneer tanpa rokok. Band yang suka menanam pohon (boleh lah, anggap saja ini sebagai harapan penggemar untuk idolanya) 😀

Sukses untuk NOAH

woman empowerment

Melepas Penat : Awal Semula

Menonton NOAH Awal Semula mengingatkan bahwa keberhasilan ditebus dengan harga yang tidak sedikit. Kita adalah penonton yang menikmati hasil perjuangan mereka. Tapi sedikit banyak menonton mereka telah mengingatkan saya akan sesuatu.

Selama ini saya sering mengeluh, betapa saya tidak punya banyak waktu. Terlalu banyak hal yang harus saya urusi, menguras energi saya hingga tidak punya cukup waktu untuk mengurus kebutuhan untuk diri sendiri. Dan rupanya waktu untuk diri sendiri adalah penyebab mengapa saya masih sendiri hingga saat ini.

Tanpa disadari saya sering mengeluhkan hal ini kepada kang Agam, betapa saya merindukan suasana hujan dan nonton dvd sitkom sendirian. Atau membaca buku, atau sekedar menyeruput coklat panas tanpa banyak yang menganggu.

Suasana hujan yang saya inginkan rupanya sangat mahal. Mahal seperti hal nya Ariel merindukan jalan-jalan tidak terkurung di kamar (dari cuplikan NOAH Awal Semula).

Saya tidak tahu apakah Kang Agam terganggu dengan keluhan saya ini atau tidak, saya tidak pernah mempertanyakannya.

Saya Nonton hanya dua jam, lalu setelah dua jam kemudian saya harus melakukan ini, melakukan itu agar semua target bisa dipenuhi. Dan banyak hal lagi. Akan selalu begitu sehingga otak dan pikiran akan terbebani. Bahkan ketika saat saya pergi untuk menonton Awal Semula. Banyak kerjaan yang terus membanjiri otak saya. Padahal menonton NOAH adalah cara untuk melepas penat.

Kami datang tepat ketika film dokumenter tersebut diputar. Saat Ariel dan teman-teman dikejar-kejar penggemar. Saya menonton bersama kakak ipar saya, sebagai sesama penggemar Peterpan yang bertransformasi menjadi NOAH.

Lalu saya pun terlarut dalam adegan demi adegan. Adegan-adegan ini mengingatkan kembali keluhan saya mengenai waktu dan kerinduan akan kesendirian. Betapa saya ingin memiliki waktu sendiri.  tetapi apa yang saya alami tidak sebesar apa yang mereka hadapai, jadi mengapa saya harus mengeluh?

Menurut saya di film itu penggambaran ketika Peterpan, tanpa nama hingga menjadi NOAH masih terasa kurang dijabarkan. Apalagi ketika mereka sedang masa downsydrome ketika ditinggalkan sang vokalis untuk mempertanggung-jawabkan kegiatannya yang berefek untuk semuanya. Bukan untuk dirinya saja, tetapi seluruh kru dan penggemar, non penggemar se-alam semesta raya.

“Mengapa saya seperti dilepas oleh Tuhan?” pertanyaan Ariel dan kerap pula saya tanyakan. Mengapa Tuhan tidakmerangkul saya ketika saya harus bekerja melebihi kapasitas. Membiarkan saya. Sehingga berjalan tertatih-tatih dengan penuh beban.

Atau mungkin ini adalah kehendak Tuhan, karena ada sebagian rezeki mereka yang mengalir melalui saya, dan Tuhan perlu atau Tidak saya selalu ingin selalu diingatkan. Seperti engkau mengingatkan saya akan hari-hari saya melalui film ini.

Apa jadinya jika tidak diingatkan?

Sesungguhnya bahkan ketika vokalis NOAH harus mendekam disana, ada hikmah yang besar dibalik itu semua. Tidak saja bagi dia, tapi untuk orang-orang yang mau berpikir.

Dan adegan yang saya paling ingat (karena saya suka) adalah ketika Ariel berdo’a. berdo’a ketika meminta dan saat itu Tuhan sedang memberikan waktu bagi kita untuk sendiri bersama-NYA.

Aaaaah, tuh kan selama ini saya salah. Ternyata Tuhan sebetulnya sering memberi kita untuk sendiri tetapi kita memilih untuk tidak dipergunakannya. Malah dipakai untuk mengeluh.

Khayangan, 13 Muharam 1435 H / 17 November 2013