woman empowerment

Harapan di Setiap Pertandingan

Menjadi bagian sejarah, saksi bahwa Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games sungguh sangat membanggakan. Sekarang saya bisa nulis seperti itu, padahal awalnya tidak seantusias kalimat tadi. Bahkan saya pikir yang akan dihelat adalah ASEAN Games. Hajatan olahraga negeri serumpun di Asia tenggara tea. Kudet! Sakitu di mana-mana spanduknya sudah bertebaran, tapi tidak perhatian. Warga negara macam apa saya ini? Punya medsos yang dipantau akun hossip-hossip nasional doang. Beginilah akibatnya. Mendahulukan nyinyir, minta ma’af kemudian. Masih mending minta ma’af, lah biasanya anteng-anteng baé.

Malam minggu itu, ketika menonton Opening Ceremony dari TV (eh, ternyata saya masih punya televisi), saya langsung merinding. Tarian pembuka Ratoe Jaroe membuat air mata saya sukses menetes. Terharu. Dari awal sampai akhir saya tidak bisa memalingkan dari upacara pembukaan Asian Games. Berkali-kali saya bilang ke diri saya sendiri. Saya bangga menjadi Bagian Bangsa besar ini. Saya bangga terlahir di negeri ini. Hingga saat ini, jika ada yang membagikan video seputar pembukaan Asian Games di media sosial, saya pasti akan menyempatkan untuk menontonnya.

Asian Games 18th
Kumpulan Berita Awal-akhir Asian Games 18th

Dan selalu setiap kali menonton, seperti sepaket. Rasa bangga langsung muncul. Opening Ceremony telah menyadarkan kita bahwa kita adalah bangsa yang kuat, bangsa yang dapat bersaing dengan bangsa lain.

Sejak upacara pembukaan, saya jadi penonton Asian Games yang militan. Meskipun saya tidak sempat menonton secara langsung di TKP. Saya memantau seluruh pemberitaan mengenai Asian Games dari berbagai media.

Biasanya malas-malasan nonton acara olahraga (kecuali Sepak bola. Priemer league), ketika di televisi ada yang menyiarkan atlet nasional sedang bertanding, pasti akan saya tonton. Yang awalnya tidak mengerti aturan permainan suatu olahraga. Saya jadi kepo sana-sini. Browsing. Cari tahu apa yang boleh dan tidak boleh. Point apa yang membuat peserta dinyatakan menang. Gerakan apa yang dapat mengurangi point. Saya baru tahu bukan hanya di sepak bola saja wasit memegang kartu kuning. Pada Badminton dan volly pun ada.

Kehadiran Asian Games memang sangat berdampak besar. Paling terasa di media sosial. Time line yang biasanya ‘panas’. Riuh saling mencaci, dengan adanya Asian Games menjadi adem. Semua bersatu padu mendukung perjuangan para atlet. Suka banget, sudah lama rindu suasana seperti itu. Asian Games menjelma menjadi Asian Gemes. Berharap jangan sampau usai. Kalau bisa diperpanjang sebulan.

Komentar pedas?

Pasti ada. Dari awal. Konsisten. Seperti pada bagian atraksi motor itu. Duh, itu sampai dibahas berhari-hari. Bagi sebagian orang menganggap atraksi itu merupakan pembodohan. Karena menggunakan peran pengganti. Bagi sebagian lagi yang sudah mengetahui hal itu  bagian dari ‘show’ semata. Tentu tidak akan terkaget-kaget dengan peran pengganti. Justru yang membuat bangga adalah ide-nya itu. Memperkarakan peran pengganti rasanya seperti mengurusi hal-hal yang tidak perlu.

Memberikan komentar pada atlet yang mengalami cidera. Komentarnya bagaikan drop shot. Jatuh di hati. Untung para atlet dididik bermental juara. Kalau menimpa saya, beuuuh. Sudah nangis dipojokan (satu bukti saya pemantau akun hossip).

Jadi penapsaran. Apakah hanya netijen wilayah bagian sini yang jahaaaadnya sampai tingkat dewa? Atau seluruh netijen di dunia maya seperti itu semua?

Well, memang baiknya diabaikan para netijen julid. Toh, perjuangan para atlet yang bertarung itu telah banyak menginspirasi saya dan anak-anak. Bagaimana tidak? Usaha mereka bukan dari kemarin sore. Bukan usaha sebulan dua bulan. Tapi sudah bertahun-tahun lamanya. Jika sekarang mereka mendapatkan 1,5 M. Itu berkat usaha dan kerja keras luar biasa.

Efek samping lainnya, sekarang banyak orang tua mendukung anaknya menjadi atlet. Tidak sedikit pula yang mendorong anaknya menjadi atlet. Meskipun banyak anak-anak bersikukuh ingin menjadi youtubers saja.

Dari media sosial pula, saya menyimak pernak-pernik kisah para atlet. Kisah-kisah dibalik perjuangan ini seakan menjadi harapan. Terutama bagi kami-kami yang suka galau akan masa depan. Mereka menjadi role model bagaimana perjuangan itu. Yang dulu bukan apa-apa. Yang dulu tidak dianggap, sekarang adalah pahlawan. Mengharumkan bangsa.

Pada perayaan Hari kemerdekaan tahun ini, saya melihat di setiap spanduk tertulis “Kerja Kita Prestati Bangsa.” Menurut saya perhelatan Asian Games ini adalah bentuk nyata dari tulisan tersebut. Jadi apapun profesi yang kita pilih. Apapun yang kita lakukan. Mau menjadi atlet, mau jadi artis, mau jadi penari, mau menjadi petani, akan berdampak pada bangsa ini.

Tulisan ini saya buat sambil mendengarkan Unbeatable yang dibawakan Dira Sugandi bersama Jflow.

You can be the fire that light up the world

With your energy stronger together, it’s possible

You can climb higher to the top of the world

With your spirit you’re unbeatable

Asian Games 18th
Terima Kasih Para Pahlawan. sumber: KOMPAS cetak

 

PS: Kehadiran Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC), Thomas Bach di upacara penutupan serta kabar yang menyatakan bahwa Olimpiade tahun 2032 Indonesia menjadi tuan rumah, membuat jantung ini berdegup-degup. Semoga saya, juga teman-teman semua masih diberikan umur untuk menjadi bagian perhelatan besar ini.

 

 

2 tanggapan untuk “Harapan di Setiap Pertandingan

  1. Kalau benar Indonesia bisa jadi tuan rumah Olimpiade 2032, ide apa lagi yaaa untuk Opening Ceremony?
    Pasti kereeennn…
    Mudah²an juga semakin banyak atlit berprestasi…

Tinggalkan komentar